Namaku Laura. Panggil saja Rara. Saat ini aku berumur 15 tahun. Aku
sekolah di Sma Angkasa Jakarta. Di sekolah inilah aku memahami arti
pertemanan dan kasih sayang. Semua suka duka ku alami di sekolah ini.
Aku punya teman dekat namanya Radit. Radit adalah sosok yang sempurna
bagiku. Dia punya banyak kekurangan. Tapi rasa sayangku menutupi semua
kekurangannya. Sampai aku nggak bisa melihat kekurangannya. Radit yang
menguatkan aku saat aku lagi ada masalah. Dan begitu sebaliknya. Setiap
hari, BBku penuh dengan BBM darinya.
Tibalah saat kenaikan kelas. Aku sangat berharap hasil dari rapotku
mengharuskan aku masuk IPA. Karena sebelumya Radit udah janji kalau aku
masuk IPA, akan ada sesuatu. Dan ternyata harapanku terwujud. Aku
berhasil mewujudkan keinginan Radit. Aku sukses masuk IPA. Bahagia
banget bisa sekelas lagi bareng Radit. Tapi respon dari Radit nggak enak
banget. Waktu aku nagih janjinya, Radit malah jawab “belum waktunya”.
Aku coba memahami dan menunggu sampai waktunya tiba.
Setiap BBM dari Radit, selalu bisa buat aku tersenyum dan tertawa.
Radit membuat hari-hariku menjadi lebih berarti. Kesepianku diisi dengan
hadirnya Radit dalam hidupku.
Suatu hari, ada orang ke-3 dalam hubungan kami. Namanya Bella. Bella
adalah teman masa kecilnya Radit. Setahuku, Bella suka sejak lama sama
Radit. Tapi Radit nggak pernah memilih Bella. Ternyata sampai saat ini
juga Bella masih menyukai Radit. Peristiwa bermulai saat aku tau kalau
Radit BBMan sama Bella. Dan Bella mengakui kalau dia menyukai Radit. Hal
itu membuat aku sangat emosi. Maklum saja yang namanya sayang pasti ada
rasa cemburu. Aku sama Radit memang bukan sepasang kekasih. Tapi aku
sayang banget sama Radit. Aku terlalu takut untuk kehilangannya.
Setelah kejadian itu berlalu, suasana pun mulai mendingin.
Kedekatanku dengan Radit mulai membaik. Radit pernah bilang “aku tau
Bella suka sama aku sejak lama, tapi kamu tenang aja, aku hanya nganggep
dia temen kok”. Kata-kata itu yang membuat aku jauh lebih tenang.
Sekarang aku nggak takut lagi bakal kehilangan Radit.
Hari-hariku kembali diisi lagi dengan kehadiran Radit. Perhatiannya
yang besar membuat aku nggak siap untuk kehilangannya. Tapi pada tau
nggak? Walau di BBM aku sama Radit akrab banget, jujur kalau di dunia
nyata kita seperti orang yang saling nggak kenal. Aku sama Radit jarang
banget ngobrol bareng. Padahal kita 1 kelas. kalau ketemu, paling cuma
lirik-lirikan doang. Komunikasinya dari hati ke hati (hahahaha).
Aku selalu cerita ke mama tentang Radit. Dan ternyata mama mendukung
hubunganku sama Radit. Karena semenjak sama Radit, banyak perubahan yang
baik dalam diriku.
Suatu ketika, terjadi sesuatu antara aku dan Radit. Tiba-tiba Radit
BBM, “kamu suka nggak sama aku?”. Terus aku jawab, “bukan suka tapi
sayang”. Malam itu aku benar-benar bingung sama Radit. Aku nggak tau
kenapa Radit tiba-tiba tanya begitu. Setelah aku balas begitu, Radit
langsung jawab “kita temenan aja ya”. Terus aku jawab, “loh kenapa
gitu?”. Jawab Radit, “kayanya kita nggak cocok, teman-temanku juga nggak
setuju kalau aku sama kamu”. Malam itu tepat malam minggu. Aku dibuat
nangis sama Radit. Aku masih nggak yakin dengan alasannya. Malam itu
juga aku BBM teman dekatnya Radit. Ternyata dugaanku benar. Itu bukan
alasan sebenarnya. Ternyata malam itu Radit berharap banget aku datang
ke pesta ultah temannya. Tapi aku nggak datang karena di malam yang
sama, aku punya acara di gereja. Aku nggak bisa absen dari acara gereja
tersebut karena saat itu kehadiranku sangat dibutuhkan.
Sebelumnya Radit udah bernazar, “kalau Rara datang, itu pertanda yang
baik untuk hubungan kami. tapi kalau Rara nggak datang, berarti
hubunganku sama Rara nggak baik untuk dilanjutkan”. Dan ternyata aku
nggak datang. Aku nggak bisa bilang apa-apa. Itu sudah jadi keputusan
Radit. Aku nggak bisa maksa. Tapi anehnya, seperti masih ada harapan
lagi untuk kami bisa kembali sama-sama lagi. Dan sampai saat ini aku
masih menyimpan harapan itu. Aku percaya akan ada keajaiban. kalau Tuhan
sudah buat aku bertemu Radit, kemungkinan besar akan ada keajaiban lagi
yang membuat Radit kembali kepadaku. Aku nggak tau Radit masih ada rasa
atau nggak sama aku. Tapi dari tatapan matanya, aku yakin dia juga
menyimpan harapan yang sama. Keyakinan itulah yang membuat aku bertahan
sampai detik ini.
Aku pun kembali menjalani hari-hariku tanpa hadirnya Radit. Aku
memang nggak sanggup tanpa Radit, tapi aku percaya pasti aku kuat.
Secara fisik aku emang dekat banget sama Radit, karena Radit 1 kelas
dengan aku. Tapi secara perasaan, Radit sangat jauh, bahkan lebih jauh
dari sebelumnya.
Sebelum kelulusan SMA, sekolah mengadakan acara wisata ke Bali. Dan setelah itulah suatu keajaiban terjadi.
Malam itu, Radit datang menemui aku di taman dekat hotel tempat kami
menginap. Saat itu adalah malam terakhir wisata SMA Angkasa di Bali.
Beberapa menit, aku dan Radit hanya duduk dan berdiam. Mungkin Radit
bingung harus ngomong apa. Setelah lama kami hanya berdiam, akhirnya
Radit memulai pembicaraan, “Sorry ya Raaa” kata Radit. “sorry kenapa
Dit? Kamu nggak ada salah kok” jawabku. Jantungku mulai berdetak jauh
lebih cepat dari biasanya. “Sorry aku udah nyia-nyiain kamu” kata Radit.
“gak papa kok, aku ngerti” jawabku sambil tersenyum. “Ra, jujur aku
masih sayang sama kamu. Aku udah nunggu kamu selama 3 tahun. Kamu tau
kenapa aku udah nggak pernah deketin kamu lagi? Itu karena kamu pernah
bilang berkomitmen nggak mau pacaran sebelum lulus SMA. Aku takut kamu
bakal ngelanggar komitmenmu. Makanya aku coba nunggu kamu” jelas Radit.
Aku hanya diam dan lihat ke bawah. “lihat mataku Ra. Aku nggak lagi
berbohong. Aku janji akan selalu ada buat kamu” jelas Radit lagi. “terus
aku harus gimana Dit?” jawabku bertanya. “want you to be my dear?”
tanya Radit. “hemmm” pikirku sejenak. “kamu nggak perlu jawab sekarang
kok Ra, kita kan belum lulus (heheheh). Aku pernah janji kan akan ada
sesuatu kalau kamu masuk IPA? Inilah janjiku itu. Inilah waktunya. Aku
tunggu jawaban kamu saat kelulusan nanti Ra” kata Radit. Dan aku hanya
menjawab dengan senyuman.
Tibalah saat pengumuman kelulusan. Dan hasil yang kuterima sangat
memuaskan, begitu juga dengan Radit. Di tengah keramaian, tiba-tiba
Radit mendatangiku. “Laura, please be mine” kata Radit memohon. “sorry
Dit, tapi ini belum waktunya” jawabku dengan wajah sedih. “kenapa Ra?
Kamu udah punya yang lain?” tanya Radit juga dengan wajah yang sangat
sedih. “haha jangan serius gitu dong, relax aja (hehe). Bertemu dengan
kamu adalah suatu keajaiban dan memiliki kamu adalah suatu
keberuntungan. (sambil memegang kedua tangan Radit), kamu adalah hadiah
terindah dari Tuhan” kataku sambil tersenyum. “you’re my princess” kata
Radit sambil tersenyum dan memelukku.
jangan pernah menyerah dalam mengejar Cintamu.
Karena mungkin “DIA” adalah “Cinta Sejatimu”