// Posted by :Unknown // On :Sabtu, 07 Desember 2013

Namaku Laura. Panggil saja Rara. Saat ini aku berumur 15 tahun. Aku sekolah di Sma Angkasa Jakarta. Di sekolah inilah aku memahami arti pertemanan dan kasih sayang. Semua suka duka ku alami di sekolah ini. Aku punya teman dekat namanya Radit. Radit adalah sosok yang sempurna bagiku. Dia punya banyak kekurangan. Tapi rasa sayangku menutupi semua kekurangannya. Sampai aku nggak bisa melihat kekurangannya. Radit yang menguatkan aku saat aku lagi ada masalah. Dan begitu sebaliknya. Setiap hari, BBku penuh dengan BBM darinya.
Tibalah saat kenaikan kelas. Aku sangat berharap hasil dari rapotku mengharuskan aku masuk IPA. Karena sebelumya Radit udah janji kalau aku masuk IPA, akan ada sesuatu. Dan ternyata harapanku terwujud. Aku berhasil mewujudkan keinginan Radit. Aku sukses masuk IPA. Bahagia banget bisa sekelas lagi bareng Radit. Tapi respon dari Radit nggak enak banget. Waktu aku nagih janjinya, Radit malah jawab “belum waktunya”. Aku coba memahami dan menunggu sampai waktunya tiba.
Setiap BBM dari Radit, selalu bisa buat aku tersenyum dan tertawa. Radit membuat hari-hariku menjadi lebih berarti. Kesepianku diisi dengan hadirnya Radit dalam hidupku.
Suatu hari, ada orang ke-3 dalam hubungan kami. Namanya Bella. Bella adalah teman masa kecilnya Radit. Setahuku, Bella suka sejak lama sama Radit. Tapi Radit nggak pernah memilih Bella. Ternyata sampai saat ini juga Bella masih menyukai Radit. Peristiwa bermulai saat aku tau kalau Radit BBMan sama Bella. Dan Bella mengakui kalau dia menyukai Radit. Hal itu membuat aku sangat emosi. Maklum saja yang namanya sayang pasti ada rasa cemburu. Aku sama Radit memang bukan sepasang kekasih. Tapi aku sayang banget sama Radit. Aku terlalu takut untuk kehilangannya.
Setelah kejadian itu berlalu, suasana pun mulai mendingin. Kedekatanku dengan Radit mulai membaik. Radit pernah bilang “aku tau Bella suka sama aku sejak lama, tapi kamu tenang aja, aku hanya nganggep dia temen kok”. Kata-kata itu yang membuat aku jauh lebih tenang. Sekarang aku nggak takut lagi bakal kehilangan Radit.
Hari-hariku kembali diisi lagi dengan kehadiran Radit. Perhatiannya yang besar membuat aku nggak siap untuk kehilangannya. Tapi pada tau nggak? Walau di BBM aku sama Radit akrab banget, jujur kalau di dunia nyata kita seperti orang yang saling nggak kenal. Aku sama Radit jarang banget ngobrol bareng. Padahal kita 1 kelas. kalau ketemu, paling cuma lirik-lirikan doang. Komunikasinya dari hati ke hati (hahahaha).
Aku selalu cerita ke mama tentang Radit. Dan ternyata mama mendukung hubunganku sama Radit. Karena semenjak sama Radit, banyak perubahan yang baik dalam diriku.
Suatu ketika, terjadi sesuatu antara aku dan Radit. Tiba-tiba Radit BBM, “kamu suka nggak sama aku?”. Terus aku jawab, “bukan suka tapi sayang”. Malam itu aku benar-benar bingung sama Radit. Aku nggak tau kenapa Radit tiba-tiba tanya begitu. Setelah aku balas begitu, Radit langsung jawab “kita temenan aja ya”. Terus aku jawab, “loh kenapa gitu?”. Jawab Radit, “kayanya kita nggak cocok, teman-temanku juga nggak setuju kalau aku sama kamu”. Malam itu tepat malam minggu. Aku dibuat nangis sama Radit. Aku masih nggak yakin dengan alasannya. Malam itu juga aku BBM teman dekatnya Radit. Ternyata dugaanku benar. Itu bukan alasan sebenarnya. Ternyata malam itu Radit berharap banget aku datang ke pesta ultah temannya. Tapi aku nggak datang karena di malam yang sama, aku punya acara di gereja. Aku nggak bisa absen dari acara gereja tersebut karena saat itu kehadiranku sangat dibutuhkan.
Sebelumnya Radit udah bernazar, “kalau Rara datang, itu pertanda yang baik untuk hubungan kami. tapi kalau Rara nggak datang, berarti hubunganku sama Rara nggak baik untuk dilanjutkan”. Dan ternyata aku nggak datang. Aku nggak bisa bilang apa-apa. Itu sudah jadi keputusan Radit. Aku nggak bisa maksa. Tapi anehnya, seperti masih ada harapan lagi untuk kami bisa kembali sama-sama lagi. Dan sampai saat ini aku masih menyimpan harapan itu. Aku percaya akan ada keajaiban. kalau Tuhan sudah buat aku bertemu Radit, kemungkinan besar akan ada keajaiban lagi yang membuat Radit kembali kepadaku. Aku nggak tau Radit masih ada rasa atau nggak sama aku. Tapi dari tatapan matanya, aku yakin dia juga menyimpan harapan yang sama. Keyakinan itulah yang membuat aku bertahan sampai detik ini.
Aku pun kembali menjalani hari-hariku tanpa hadirnya Radit. Aku memang nggak sanggup tanpa Radit, tapi aku percaya pasti aku kuat. Secara fisik aku emang dekat banget sama Radit, karena Radit 1 kelas dengan aku. Tapi secara perasaan, Radit sangat jauh, bahkan lebih jauh dari sebelumnya.
Sebelum kelulusan SMA, sekolah mengadakan acara wisata ke Bali. Dan setelah itulah suatu keajaiban terjadi.
Malam itu, Radit datang menemui aku di taman dekat hotel tempat kami menginap. Saat itu adalah malam terakhir wisata SMA Angkasa di Bali. Beberapa menit, aku dan Radit hanya duduk dan berdiam. Mungkin Radit bingung harus ngomong apa. Setelah lama kami hanya berdiam, akhirnya Radit memulai pembicaraan, “Sorry ya Raaa” kata Radit. “sorry kenapa Dit? Kamu nggak ada salah kok” jawabku. Jantungku mulai berdetak jauh lebih cepat dari biasanya. “Sorry aku udah nyia-nyiain kamu” kata Radit. “gak papa kok, aku ngerti” jawabku sambil tersenyum. “Ra, jujur aku masih sayang sama kamu. Aku udah nunggu kamu selama 3 tahun. Kamu tau kenapa aku udah nggak pernah deketin kamu lagi? Itu karena kamu pernah bilang berkomitmen nggak mau pacaran sebelum lulus SMA. Aku takut kamu bakal ngelanggar komitmenmu. Makanya aku coba nunggu kamu” jelas Radit. Aku hanya diam dan lihat ke bawah. “lihat mataku Ra. Aku nggak lagi berbohong. Aku janji akan selalu ada buat kamu” jelas Radit lagi. “terus aku harus gimana Dit?” jawabku bertanya. “want you to be my dear?” tanya Radit. “hemmm” pikirku sejenak. “kamu nggak perlu jawab sekarang kok Ra, kita kan belum lulus (heheheh). Aku pernah janji kan akan ada sesuatu kalau kamu masuk IPA? Inilah janjiku itu. Inilah waktunya. Aku tunggu jawaban kamu saat kelulusan nanti Ra” kata Radit. Dan aku hanya menjawab dengan senyuman.
Tibalah saat pengumuman kelulusan. Dan hasil yang kuterima sangat memuaskan, begitu juga dengan Radit. Di tengah keramaian, tiba-tiba Radit mendatangiku. “Laura, please be mine” kata Radit memohon. “sorry Dit, tapi ini belum waktunya” jawabku dengan wajah sedih. “kenapa Ra? Kamu udah punya yang lain?” tanya Radit juga dengan wajah yang sangat sedih. “haha jangan serius gitu dong, relax aja (hehe). Bertemu dengan kamu adalah suatu keajaiban dan memiliki kamu adalah suatu keberuntungan. (sambil memegang kedua tangan Radit), kamu adalah hadiah terindah dari Tuhan” kataku sambil tersenyum. “you’re my princess” kata Radit sambil tersenyum dan memelukku.
jangan pernah menyerah dalam mengejar Cintamu.
Karena mungkin “DIA” adalah “Cinta Sejatimu”

Leave a Reply

Thank You For Your Coment

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

HEAD LINE NEWS CHRISTIANTATELU | christiantatelu.blogspot.com | Test